Filep Karma yang berasal dari Papua ditemukan meninggal dunia karena mengalami kecelakaan yang mengakibatkannya tenggelam di perairan Jayapura, Papua.
Jenazahnya tersebut ditemukan pada hari Selasa (1/11) pagi hari oleh warga di pantai Base G, Jayapura, Papua.
Anak dari Filep Karma, Audryn Karma, menjelaskan bahwa ayahnya meninggal karena tenggelam sesuai dengan hasil visum luar.
“Saya sudah ikut ‘visum luar’ dan memang berdasarkan visum luar jelas bahwa bapak meninggal karena tenggelam,” ungkapnya pada wartawan, dikutip dari BBC News pada Rabu (2/11/2022).
Siapakah Filep Karma?
Filep Karma atau yang memiliki nama lengkap Filep Jacob Samuel Karma ini merupakan seorang aktivis yang memperjuangkan kemerdekaan Papua.
Filep Karma lahir di Biak, Papua pada tanggal 15 Agustus 1959. Ia mengenyam pendidikan di SD Kristus Raja Dok V, SMP Negeri 1 Dok V, dan SMA Negeri 1 Abepura. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya itu di Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan mengambil program studi Ilmu Politik pada tahun 1979 dan lulus pada tahun 1987.
Filep Karma juga sempat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) selepas lulus dari kampusnya. Ia bekerja di Kantor Diklat Pemerintah Provinsi Papua. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya lagi di Asian Institute of Management, Manila, Filipina.
Karma sangat terkesan dengan keadaan di Filipina pasca jatuhnya Presiden Ferdinand Marcos, sebab hak asasi manusia sangat dihormati di sana.
Sempat Mengibarkan Bendera Bintang Kejora dan Masuk Penjara
Pada 28 Mei tahun 1998, ia kemudian kembali ke Tanah Air bersamaan dengan gelombang reformasi yang menjatuhkan kepemimpinan Presiden Soeharto. Ia pun membulatkan tekadanya untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua.
Selanjutnya, 2 Juli 1998, Karma bersama dengan sejumlah warga lainnya menaikan bendera Bintang Kejora di menara air Puskesmas Biak Kota. Bendera tersebut yang melambangkan kemerdekaan Papua.
Mereka menjaga benderan tersebut selama 4 hari yang kemudian disusul dengan tragedi Biar Berdarah pada tanggal 6 Juli 1998. Peristiwa tersebut menewaskan hingga delapan orang, dikutip dari buku Seakan Kitorang Setengah Binatang.
Dari kejadian tersebut, Karma terkena tembakan peluru karet di kaki, dan harus ditangkap atas tuduhan penghasutan. Ia pun masuk penjara dan dinyatakan bebas pada tanggal 20 November 1999.
Karma sempat masuk penjara kembali atas tuduhan makar dan penghasutan, sebab ia terlibat dalam upacara pengibaran bendera Bintang Kejora di Abepura, Jayapura pada tanggal 1 Desember 2004. Kemudian, ia dibebaskan pada tanggal 19 November 2015 setelah mendapatkan remisi.
Tidak hanya itu, Filep Karma pun sempat dinyatakan hilang pada bulan Desember tahun 2021 lalu disebabkan gelombang laut Teluk Humboldt di Pantai Base G, Jayapura. Ia pun ditemukan selamat oleh warga Kampung Skouw Sae.